Profil Kabupaten Keerom; Sebuah Kabupaten yang Berbatasan Dengan Papua Nugini

0
987

Keerom, Malanesianews,– Kabupaten Keerom adalah sebuah kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Kota Arso, namun beberapa waktu kedepan akan dipindahkan ke Distrik Waris sebagai ibu Kota Kabupaten.

Sebelum menjadi kabupaten, Keerom masuk sebagai bagian dari Kabupaten Jayapura.

Populasi penduduk di wilayah ini sebanyak 55.799 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki 29.996 jiwa dan perempuan 25.803 jiwa. Pada tahun 2020-2021 sebanyak 64.136 jiwa.

Jumlah Daftar Pemilih Sementara (DPS) saat ini, berdasarkan pleno rekapitulasi KPU Provinsi Papua sebanyak 44.619, dengan rincian DPS laki-laki 23.189 dan perempuan 21. 430.

Kabupaten Keerom terdiri dari 11 Distrik dan 91 Kelurahan/Desa. Memiliki luas wilayah 9.365 km.

Secara geografi, Kabupaten Keerom berbatasan dengan, sebelah Utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura, sebelah Timur dengan Papua Nugini, sebelah Selatan dengan Provinsi Papua Pegunungan, Barat dengan Kabupaten Jayapura.

Tpografi wilayah Kabupaten Keerom merupakan lahan dengan kemiringan sekitar 52,2%. Lahan datar sekitar 44,05% dan 2,75% adalah wilayah perbukitan dan rawa. Daerah datar umunya berada di kawasan Distrik Arso, Skanto, Waris, Senggi dan Web.

Ketinggian Kabupaten Keerom berkisar antara 0 – 2000 M di atas permukaan laut, dimana Distrik Arso, Arso Timur dan Skanto merupakan daerah terendah dengan ketinggian 0 – 1000 M di atas permukaan laut.

Iklim di Kabupaten Keerom termasuk sebagai wilayah beriklim tropis basah karena curah hujan tinggi per/tahunnya dengan suhu rata-rata mencapai 30,5-35,1 C, dengan kelembaban udara antara 80-89% dalam 0 C.

Kabupaten yang berbatasan dengan Papua Nugini ini, mayoritas penduduknya beragama Kristen sebanyak 54,78%. Adapun rinciannya yaitu, Protestasn 29,26%, Katolik 25,52%. Penduduk beragama Islam sekitar 44,70%. Hindu 0,50%, Buddha 0,02%.

Adapun sejarah singkat Kabupaten Keerom adalah sebagai berikut.

Pada Tahun 1909, Pemerintah Belanda pernah menugaskan seorang mariner bernama C. Ruhl untuk melaksanakan survey batas-batas wilayah anatara wilayah Nieuw Guinea Belanda dan Nieuw Guninea Jerman.

Di masa Pemerintahan Belanda sebagaimana yang diatur dalam Besluit Bewindsregelling Nieuw Guinea, wilayah Keerom disebut sebagai Onderafdeeling Keerom, berada di bawah pemerintahan Afdeeling Hollandia. Suatu onderafdeeling terbagi ke dalam beberapa district yang dikepalai oleh seorang districthoof atau bestuur.

Antara tahun 1912 hingga berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda, wilayah Keerom lebih banyak diperhatikan oleh kalangan Misionaris Katolik.

Dan pada tahun 1940, untuk pertama kalinya Pos Pemerintahan/District didirikan di Yamas yang dipimpin oleh Bestuur Yakob Tabu.

Pada tahun 1959, Pos Pemerintahan yang semula berkedudukan di Desa Yabanda dipindahkan ke Oebroeb (Web) dan mengubah statusnya menjadi Pemerintahan Onderafdeeling Keerom yang dikepalai oleh Hoofd Van Plaatselijk.

Bestuur Mr. Lind (Kepala Pemerintahan Setempat) Sejak 1 Juni 1950, Nederland Nieuw Guinea yang semula berstatus Neolandschap diubah menjadi Zelfbestuurend Landschap.

Pada tahun 1974 wilayah Keerom terbagi menjadi empat kecamatan, yaitu: Web, Senggi, Waris dan Arso. Pada tahun 1978 wilayah Keerom dibentuk sebagai suatu Wilayah Pembantu Bupati. Pada tahun 1991 Wilayah Pembantu Bupati Keerom diubah menjadi Badan Koordinasi Pemerintahan (Bakorpem) Wilayah Keerom yang dipimpin oleh Drs. Billy Jamlean.

Hingga kemudian berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2002, tanggal 11 November 2002 wilayah Bakorpem Keerom dibentuk menjadi suatu wilayah Kabupaten baru dengan nama Kabupaten Keerom.

Keerom dalam pemahaman yang harfiah dimengerti sebagai ungkapan: “Mari ke sini, kita pergi akan kembali” ini dikemukakan oleh seorang misionaris Belanda bernama P. Frankenmolen pada tahun 1939 yang pada waktu itu bersama dengan orang atau masyarakat asli akan pergi ke suatu tempat dengan tujuan tertentu. Setibanya di Kali atau Sungai Paai, tiba-tiba terjadilah banjir besar sehingga mereka tidak dapat menyeberang sehingga diputuskan untuk kembali ke tempat tinggal yang semula. P. Frankenmolen memanggil masyarakat dengan kata Keer Om yang artinya “kembali pulang ke rumah”

(AIS)

HITUNG MUNDUR PEMILU 2024