Begini Sejarah Embal,Makanan Khas Orang Kei Provinsi Maluku

0
7749
Bayi Maulana Cakra Samudera Farawowan (Red)

Kepulauan Kei,Malanesianews.com,- Istilah “Embal” mungkin masih terdengar asing di telinga kita. Tak sepopuler tiwul dan sego jagung di Pulau Jawa memang, tapi di sudut lain Indonesia, makanan ini jadi favorit lho!

Embal adalah nama makanan khas di Kabupaten Maluku Tenggara. Terbuat dari singkong, makanan ini sering dihidangkan saat bersantai dengan keluarga. Embal memiliki rasa tawar, tekstur keras, warna putih, serta bentuk dan ukurannya yang besar, namun bervariasi. Sebagai alternatif pangan pokok, Embal dimakan dengan cara dicelupkan ke dalam air atau kuah dari makanan hingga lembek lalu dikonsumsi bersama lauk pauk, sebagaimana layaknya mengonsumsi nasi. Selain itu, embal bisa juga lho, dikonsumsi pada saat sarapan pagi dengan dicelupkan dalam minuman teh dan kopi.

Sejarah Embal

Di Maluku Tenggara, singkong merupakan komoditas utama yang ditanam pada awal musim hujan. Jenis makanan ini sangat cocok sebagai bahan pangan di musim paceklik karena memiliki daya simpan lama, 1-2 tahun, apabila disimpan dalam kondisi yang baik dan kering.

Menurut sejarah, masyarakat Maluku pada awalnya menanam sagu sebagai makanan pokok. Namun, suplai sagu yang berkurang di pasaran pada tahun 1970-an membuat banyak petani beralih membuka ladang singkong sejak akhir tahun 1970-an hingga 1980-an. Lambat laun, tanaman ini menjadi favorit di mata masyarakat. Menurut Ellen (2007), embal yang terbuat dari singkong ini merupakan “kembaran” dari makanan dengan bahan baku sagu yang dinamakan sagu lempeng.

Aman Bagi Penderita Diabetes

Embal adalah makanan yang terbuat dari singkong. Singkong merupakan umbi-umbian yang kaya pati. Dengan kadar pati yang tinggi, kadar gula yang rendah, dan memiliki efek mengenyangkan, embal cocok bagi penderita diabetes maupun yang sedang menjalani diet sehingga panganan ini layak dijadikan pangan fungsional.

Pembuatan Embal

Embal dibuat dengan cara memarut ketela pohon yang telah dikupas kulitnya, lalu ditekan untuk menghilangkan airnya. Tepung parut setengah kering yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke alat cetak yang terlebih dahulu dipanaskan. Selanjutnya, tepung ketela pohon dipanggang diatas cetakan sagu hingga matang. Suhu pemanggangan umumnya diatur pada suhu 60oC. Setelah proses pemanggangan, embal dijemur di bawah sinar matahari sampai kering.

Jadi, jangan lupa cicipi embal saat berkunjung ke Maluku Tenggara, ya!

PUSTAKA

Ellen, R. 2007. Modern Crises and Traditional Strategies: Local Ecological Knowledge in Island Southeast Asia. Berghahn Books. England.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini