Jayapura, Malanesia News,- Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey, menyampaikan bahwa Kota Jayapura merupakan kota yang sangat heterogen dengan beragam suku, agama, dan budaya. Menurutnya, setiap manusia memiliki naluri untuk bersaing dan berkompetisi, namun terkadang sikap dan praktek beragama bisa menjadi ekstrim dan menimbulkan konflik. Oleh karena itu, pemerintah menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai solusi untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pekey menambahkan ada empat indikator moderasi umat beragama yang harus ditekankan. Pertama, penguatan komitmen kebangsaan, karena semua orang ada dalam NKRI atau bangsa yang sama. Kedua, penyampaian pesan-pesan keagamaan anti-kekerasan yang mengajarkan kedamaian. Ketiga, kerukunan antara umat beragama yang saling mengerti satu sama lain. Keempat, memelihara kearifan lokal dalam kehidupan umat beragama dan masyarakat.
Ketua FKUB Kota Jayapura, Hein Carlos Mano, mengatakan bahwa moderasi keagamaan sangat penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. Kota Jayapura terdiri dari banyak suku, agama, dan budaya sehingga semua perbedaan itu harus dihargai dan menjadi kekayaan dalam pembangunan itu sendiri. Mano menyadari bahwa konflik bisa terjadi kapan saja dan menghambat pembangunan serta berdampak pada sisi sosial, fisik, dan pendidikan.
Di Kota Jayapura, nilai moderasi beragama telah diterapkan dan terbukti dengan penghargaan Kota Harmoni yang diraih pada 2021. Masyarakat Kota Jayapura sangat menghormati satu sama lain dan memelihara kerukunan antar umat beragama. Pekey berharap agar nilai-nilai kehidupan beragama terus ditanamkan di Kota Jayapura dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Kesadaran bersama untuk menghargai perbedaan yang ada sangat penting untuk menjaga kerukunan dan keamanan di Kota Jayapura. Pemerintah dan masyarakat harus sama-sama berusaha untuk terus memelihara moderasi beragama agar kota ini tetap menjadi kota yang harmonis dan damai.
(agengrdyndr)