Jakarta, Malanesianews, – Pemerintah tengah berupaya mengembangkan sepuluh destinasi tujuan wisata baru dengan membangun pelabuhan kelas dunia untuk memfasilitasi kapal pesiar. Salah satunya di Benoa sebagai pintu gerbang wisata maritim di Indonesia.
Kabid Infrastruktur Sumber Daya Air dan Rekayasa Pantai, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Lukijanto mengatakan potensi ekonomi maritim Indonesia diperkirakan mencapai Rp 1,33 triliun per tahun. Salah satu industri yang paling menjanjikan ini berangkat dari sektor pariwisata.
“Dengan memperhatikan potensi ekonomi maritim Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 1,33 triliun/tahun. Salah satu industri yang paling menjanjikan dan meningkat dalam ekonomi maritim adalah pariwisata,” kata Lukijanto dalam siaran persnya, Jakarta, Kamis (18/6).
Pengembangan Pelabuhan Benoa diharapkan bisa menopang target 20 juta kunjungan wisatawan yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada 2020. Untuk itu, pemerintah melalui Pelindo III melakukan pengembangan atau revitalisasi kawasan pelabuhan Benoa menjadi home port cruise.
Tak hanya mengembangkan pelabuhan kelas dunia untuk memfasilitasi wisatawan, pemerintah juga mencanangkan pembangunan Integrated Port Network (IPN) atau jaringan pelabuhan terintegrasi untuk kepentingan industri.
Lukijanto mengatakan, adanya integrasi antar-pelabuhan dan terciptanya keterhubungan antar-wilayah merupakan pengejawantahan dari visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
“Jaringan pelabuhan terpadu adalah perwujudan dari visi Indonesia sebagai poros maritim dunia,” kata dia.
Lukijanto melanjutkan jaringan pelabuhan terpadu ini dimulai dengan mengintegrasikan pelabuhan sebagai satu sistem. Kemudian menghubungkan pelabuhan ke kawasan industri sehingga menciptakan konektivitas.
Pentingnya pengenalan IPN untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak terkait berbagai konsep dan perkembangan terkini tentang pengelolaan pelabuhan, perdagangan dan sistem logistik nasional. Tujuannya agar lebih efisien dan terkoneksi hingga ke pelabuhan rakyat dengan melakukan integrasi pembangunan backbone dan intermoda.
Dia mencontohkan wilayah Bekasi, Karawang, dan Purwakarta dikenal sebagai jantung zona manufaktur terbesar di Indonesia. Tentu sebagian besar perusahaan akan berpikir untuk meningkatkan efisiensinya dengan mengurangi biaya logistik yaitu biaya transportasi, penyimpanan, atau pelabuhan untuk setiap pengiriman produknya.
Saat ini di sana telah tersedia Cikarang Dry Port dengan menawarkan biaya penyimpanan & pelabuhan yang kompetitif. Penerapan konsep Hub and Spoke ini menguntungkan perusahaan dalam pengurangan biaya transportasi. Aktivitas impor ekspor pun langsung dapat dilakukan tanpa batas.
Baik itu pengurusan bea cukai dan karantina secara formalitas yang dapat diselesaikan di Cikarang Dry Port secara langsung. Sehingga tidak akan ada waktu tinggal (dwelling time) yang lama di pelabuhan Tanjung Priok.
Catatannya, pembangunan Integrated Port Network ini perlu dukungan sistem digital dalam end to end untuk mengoperasikan pelabuhan. Dalam mewujudkan jaringan pelabuhan terpadu, pelabuhan harus dijalankan oleh sistem. Pada praktiknya layanan digital dalam operasi pelabuhan berguna untuk meningkatkan efisiensi.
“Salah satu pelabuhan yang telah berhasil menerapkan ini adalah Indonesia Port Corporation atau PT. Pelindo II. Keberhasilan dan kehandalan operasionalisasi pelabuhan, telah dilihat secara langsung oleh Peserta Port Academy Series 2020,” kata dia mengakhiri.