Pemernintah Suntikan Vaksin Booster Dengan Metode Heterologous

0
318

Jakarta, Malanesianews, – Hingga saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyuntikan vaksin booster dengan memilih metode heterologous atau menggunakan vaksin Covid-19 berbeda dari vaksin primer (dua dosis awal).

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan hasil studi menunjukkan telah terjadi penurunan antibodi pada 6 bulan setelah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis primer lengkap, sehingga dibutuhkan pemberian dosis lanjutan atau booster untuk meningkatkan proteksi individu terutama pada kelompok masyarakat rentan, ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (20/1/2022).

Vaksinasi booster diselenggarakan oleh Pemerintah dengan sasaran masyarakat usia 18 tahun ke atas dengan prioritas kelompok Lansia dan penderita imunokompromais. Penerima vaksinasi booster telah mendapatkan vaksinasi primer dosis lengkap minimal 6 bulan sebelumnya.

Jenis vaksin yang digunakan antara lain, untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac maka diberikan vaksin AstraZeneca, separuh dosis (0,25 ml), atau vaksin Pfizer, separuh dosis (0,15 ml).

Untuk sasaran dengan dosis primer AstraZeneca maka diberikan vaksin Moderna separuh dosis (0,25 ml), atau vaksin Pfizer, separuh dosis(0,15 ml).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin alasan penyuntikan vaksin heterologous. Menurutnya hal ini sudah banyak dilakukan peneliti di luar negeri. Selain init dengan cara ini jenis antibodi yang dihasilkannya lebih kaya dibandingkan dengan skema homologous atau vaksin primer sama dengan booster.

“Setelah kita lihat, rata-rata kalau vaksin primer itu mungkin 100-200 sudah tinggi sekali titer antibodinya. Begitu dia disuntik booster setengah dosis, itu naik ke level 7.500 sampai 8.000. Kalau kita ingat plasma konvalesen itu memberikan proteksi di level 250,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (18/1/2022).

 

HITUNG MUNDUR PEMILU 2024