Jakarta, Malanesianews, – Potensi ekspor tuna Indonesia kian dilirik pasar internasional. Usai menghadiri pameran seafood terbesar di dunia, Seafood Expo Global (SEG) 2025 di Barcelona, Spanyol, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan meningkatnya minat dari berbagai negara terhadap produk tuna Indonesia, khususnya yang ditangkap dengan metode ramah lingkungan seperti pole and line dan hand line.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Tornanda Syaifullah, mengatakan bahwa selama SEG 2025, pihaknya menggelar pertemuan bilateral dengan sembilan entitas internasional, termasuk importir dan organisasi sektor kelautan. Pertemuan tersebut difasilitasi oleh International Pole and Line Foundation (IPNLF).
“Negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Uni Emirat Arab menyampaikan minat yang kuat untuk menjalin kerja sama perdagangan tuna dengan Indonesia,” ujar Tornanda dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Namun, minat ini datang dengan sejumlah persyaratan. Importir menginginkan produk tuna yang memenuhi standar keberlanjutan, ketelusuran (traceability), serta memiliki sertifikasi dan sistem inspeksi yang terpercaya. Tak hanya itu, branding produk yang ramah lingkungan juga menjadi perhatian penting.
Dalam hal ini, KKP menyatakan siap memenuhi ekspektasi pasar global dengan mengembangkan Sistem Ketertelusuran dan Logistik Ikan Nasional (Stelina) dan logbook digital. “Kami berharap sistem ini bisa diakses oleh seluruh pelaku usaha dari hulu ke hilir, sehingga mutu dan ketelusuran produk benar-benar terjamin,” jelas Tornanda.
SEG 2025 diikuti lebih dari 2.100 peserta dari 91 negara dan dikunjungi oleh lebih dari 30 ribu pelaku industri. Indonesia sendiri diwakili oleh delapan eksportir yang secara mandiri memamerkan produk seperti tuna, cumi-cumi (cephalopods), dan hasil olahan laut lainnya.
Selain mempromosikan produk dalam pameran, KKP juga mengunjungi Mercabarna, pasar ikan terbesar di Barcelona. Pasar yang luasnya mencapai 24 ribu meter persegi itu memperdagangkan sekitar 70 ribu ton ikan setiap tahunnya. Kunjungan ini bertujuan mempelajari sistem logistik dan pengelolaan pasar yang menekankan pada aspek keberlanjutan dan transparansi.
Tornanda menegaskan, KKP siap menjadi jembatan antara eksportir dalam negeri dan calon pembeli internasional. “Bila para eksportir tertarik dengan tawaran dari importir, KKP akan berperan sebagai katalisator untuk mempertemukan kebutuhan dan ketersediaan pasokan,” katanya.
Dengan semakin terbukanya pintu ekspor dan meningkatnya standar global, Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang besar untuk membuktikan kualitas dan keberlanjutan produk kelautannya di pasar dunia.