IMF Catat 31 Dari 72 Negara Beresiko Alami Penurunan PDB Global

0
223

Jakarta, Malanesianews, – Dipicu oleh ketidakpastian global yang semakin tinggi akibat perang, pengetatan suku bunga dan krisis biaya hidup, Sebanyak 31 negara tercatat berisiko mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut pada periode 2022-2023.

Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat 31 negara dari 72 negara tersebut tercatat setara dengan sepertiga PDB dunia.

Menurut IMF, penurunan PDB global atau PDB per kapita global yang sering terjadi saat munculnya resesi global saat ini sebenarnya tidak ada dalam perkiraan dasar lembaga internasional tersebut. Namun, resesi telah nyata terjadi di beberapa negara.

“Kontraksi PDB riil yang berlangsung setidaknya selama dua kuartal berturut-turut (yang dirujuk oleh beberapa ekonom sebagai “resesi teknis”) terlihat di beberapa titik selama 2022-2023 di sekitar 43% ekonomi dengan perkiraan data triwulanan (sebanyak 31 negara dari 72 negara) berjumlah lebih dari sepertiga PDB dunia,” kata IMF dalam paparan World Economic Outlook edisi Oktober, dikutip Kamis (13/10/2022).

Dari laporan WEO Oktober ini, tren negara-negara yang jatuh ke jurang resesi semakin bertambah signifikan sejak Januari 2022.

Dari lima negara pada WEO edisi April, bertambah menjadi kurang lebih 11-12 negara pada WEO Juli 2022 dan 31 negara pada WEO edisi Oktober ini.

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengungkapkan tiga ekonomi terbesar, Amerika Serikat, China, dan kawasan Euro akan mengalami tekanan.

“Secara keseluruhan, guncangan tahun ini akan membuka kembali luka ekonomi yang baru sembuh sebagian pascapandemi. Singkatnya, yang terburuk belum datang dan, bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi,” paparnya dalam tulisan Blog IMF, dikutip Kamis (13/10/2022).

Di Amerika Serikat, pengetatan kondisi moneter dan keuangan akan memperlambat pertumbuhan hingga 1% tahun depan.

Sementara itu, China diperkirakan hanya tumbuh 4,4% karena melemahnya sektor properti dan berlanjutnya lockdown.

Perlambatan paling terasa di kawasan Euro, di mana krisis energi yang disebabkan oleh perang akan terus memakan korban besar, mengurangi pertumbuhan menjadi 0,5% pada 2023.

“Hampir di mana-mana, kenaikan harga yang cepat, terutama makanan dan energi, menyebabkan kesulitan serius bagi rumah tangga, terutama bagi masyarakat miskin,” ujarnya.

Dalam skenario IMF, Gourinchas menuturkan ada sekitar satu dari empat kemungkinan bahwa pertumbuhan global tahun depan bisa jatuh di bawah level terendah secara historis sebesar 2 persen.

“Jika banyak risiko terealisasi, pertumbuhan global akan turun menjadi 1,1 persen dengan pendapatan per kapita mengalami kuasi stagnan pada tahun 2023,” tegasnya.

Dari daftar negara yang berpotensi kena resesi, Indonesia tidak termasuk di dalamnya. IMF memperkirakan Indonesia masih akan tumbuh positif pada tahun depan, sebesar 5%.

Pertumbuhan 5% tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat yang diperkirakan 1,6% pada 2022 dan turun menjadi 1% pada 2023.

Kemudian, China yang diyakini hanya akan tumbuh 3,2% pada 2022 dan 4,4% pada 2023.

Indonesia Mission Chief, Asia and Pacific Department, IMF Cheng Hoon Lim membenarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan negara lain.

“Indonesia sangat beruntung mendapatkan keuntungan dari tingginya harga komoditas dan kuatnya permintaan eksternal,” ujar Lim dalam wawancara, Kamis (13/10/2022).

Di saat bersamaan, dia melihat ekonomi Indonesia juga ditopang oleh konsumsi dan investasi. Kondisi ini bisa dicapai berkat kebijakan ekonomi pemerintah yang hati-hati dan berkelanjutan.

Daftar negara yang berpotensi jatuh ke jurang resesi 2022-2023

– AS
– Prancis
– Kanada
– Inggris
– Jerman
– Jepang
– Rusia
– Italia
– Jerman
– Ukraina
– Equatorial Guinea
– Libya
– Haiti
– Yaman
– Sudan
– Chad
– Mikronesia
– Cyprus
– Luxemburg
– Lithuania
– Slovenia
– Tonga
– Republik Kongo
– Zimbabwe
– Samoa
– Chile
– Argentina

 

HITUNG MUNDUR PEMILU 2024