Jakarta, Malanesianews, – Pertanian mencatatkan performa gemilang pada triwulan pertama 2025 dan berhasil menjadi sektor penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional, melampaui industri pengolahan dan perdagangan. Hal ini disampaikan oleh Khudori, ekonom dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), dalam keterangan tertulisnya, Senin, 5 Mei 2025.
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari yang sama menunjukkan, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 1,11 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 4,85 persen. Sektor industri pengolahan berada di posisi kedua dengan kontribusi 0,93 persen, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 0,66 persen.
“Pertanian menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi kuartal ini. Ini bukan hal yang biasa jika dibandingkan dengan tren sebelumnya,” ujar Khudori.
Secara tahunan (year on year), sektor pertanian mencatat pertumbuhan sebesar 10,52 persen dan menyumbang 12,65 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Lonjakan tersebut banyak dipengaruhi oleh panen raya serta tingginya permintaan domestik di awal tahun.
Berdasarkan catatan BPS, produksi beras selama Januari–Maret 2025 mencapai 9,04 juta ton, sementara produksi jagung tercatat sebesar 4,64 juta ton. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu, produksi beras hanya 5,6 juta ton dan jagung 3,4 juta ton.
Khudori menjelaskan bahwa peningkatan ini didorong oleh luas panen yang lebih tinggi, berkat kondisi iklim yang cenderung normal saat masa tanam. “Tak seperti tahun lalu yang terdampak El Nino, awal 2025 diwarnai cuaca stabil, yang memungkinkan peningkatan produksi,” ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi cuaca juga menyebabkan pergeseran waktu panen. Panen padi dan jagung tahun ini berlangsung lebih awal dari biasanya—yakni pada Maret dan April untuk padi, serta Februari untuk jagung. Sementara tahun sebelumnya, puncak panen padi terjadi pada April.
“Perubahan pola panen seperti ini sangat bergantung pada iklim. Jika terjadi El Nino, masa tanam bisa mundur dan berdampak pada panen. Sebaliknya, La Nina bisa memperluas potensi tanam di daerah yang kekurangan air,” jelas Khudori.
Sebagai penutup, ia menekankan pentingnya inovasi dan teknologi pertanian agar sektor ini tidak terlalu rentan terhadap fluktuasi iklim. “Ketahanan pangan nasional memerlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan pada cuaca,” tegasnya.