Jakarta, Malanesianews, – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menegaskan komitmennya untuk memprioritaskan pembangunan Sekolah Garuda di kawasan Indonesia Timur. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, menilai daerah pelosok di Timur Indonesia masih menghadapi kesenjangan kualitas pendidikan.
“Pemilihan lokasi Sekolah Garuda baru itu sangat mementingkan pemenuhan kebutuhan, dan terutama sekali dibangun di daerah timur,” ujar Stella dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI di Jakarta, Kamis (10/7).
Langkah ini selaras dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru yang menunjukkan bahwa provinsi-provinsi di Indonesia Timur, seperti Papua, Papua Pegunungan, dan Maluku, masih memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di bawah rata-rata nasional. Misalnya, IPM Papua 2024 tercatat 66,49, jauh tertinggal dibanding IPM nasional yang sudah mencapai 74,39.
Stella menambahkan, penentuan lokasi pembangunan Sekolah Garuda juga akan mengacu pada usulan dari pemerintah daerah. Usulan tersebut wajib disertai data pendukung, seperti angka kemiskinan, angka partisipasi sekolah, hingga ketersediaan tenaga pendidik yang memadai.
Selain membangun sekolah baru, pemerintah juga menggenjot program Sekolah Garuda Transformasi, yakni revitalisasi sekolah-sekolah berprestasi agar semakin optimal. “Mengapa ada Sekolah Garuda Transformasi? Karena secara strategis, untuk mencapai visi-misi presiden kita juga harus mempergunakan segala sesuatu yang sudah baik, sekolah-sekolah yang baik,” terang Stella.
Data terbaru Kemendiktisaintek mencatat, hingga pertengahan Juli 2025, sudah 433 sekolah di seluruh Indonesia yang mengajukan diri menjadi bagian dari Sekolah Garuda Transformasi. Proses seleksi akan dilakukan tim independen di luar Kemendiktisaintek untuk menjamin transparansi.
Jika lolos seleksi, siswa kelas 11 dan 12 dari Sekolah Garuda Transformasi akan memperoleh program pembinaan intensif. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapan siswa memasuki perguruan tinggi unggulan, terutama di bidang sains dan teknologi.
Langkah pemerintah ini juga sejalan dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang menekankan penurunan kesenjangan akses pendidikan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
“Harapannya, anak-anak di Indonesia Timur punya kesempatan yang sama, bahkan bisa bersaing di tingkat global,” pungkas Stella.