Maluku, Malanesianews, – Tambak-tambak mutiara di wilayah Timur Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku, menunjukkan potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Usaha budidaya tiram penghasil mutiara ini menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat pesisir, membuka lapangan kerja, serta berkontribusi terhadap ekspor hasil laut nasional.
Indonesia saat ini merupakan salah satu produsen utama mutiara laut selatan di dunia, dengan nilai ekspor mencapai ratusan miliar rupiah setiap tahunnya. Negara-negara di Asia dan Pasifik menjadi pasar utama bagi mutiara asal Indonesia.
Namun, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi, seperti transparansi pengelolaan, distribusi hasil usaha yang adil, serta optimalisasi kontribusi terhadap pendapatan daerah. Pemerintah daerah mendorong peningkatan peran masyarakat lokal dalam rantai produksi dan distribusi.
Budidaya mutiara juga menghadapi hambatan dari sisi lingkungan, termasuk perubahan iklim dan pencemaran laut. Oleh karena itu, upaya penguatan teknologi budidaya, peningkatan kapasitas SDM, dan riset terus didorong untuk menjaga keberlanjutan sektor ini.
Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, tambak mutiara di Timur Indonesia diproyeksikan menjadi sektor unggulan dalam ekonomi kelautan dan mampu memperkuat posisi Indonesia di pasar global.