Ambon, Malanesianews, – Kementerian Pembangunan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus menggalakkan langkah-langkah inovatif dalam menekan angka stunting di Indonesia. Salah satu inisiatifnya adalah Gerakan Nasional Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), yang diluncurkan sebagai upaya gotong royong non-APBN. Dalam Talkshow GENTING bertajuk “Tumbuh Tanpa Batas” pada Rabu (15/10/2025), Menteri BKKBN RI, Dr. Wihaji, menegaskan bahwa penanganan stunting adalah tanggung jawab bersama untuk menyelamatkan masa depan generasi bangsa.
Dr. Wihaji mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak jangka panjang stunting. “Kalau anak mengalami stunting, IQ-nya rata-rata di bawah 78. Bayangkan, berapa juta anak Indonesia yang menjadi generasi masa depan, tetapi harus berjuang sejak awal kehidupannya,” ujarnya. Ia menambahkan, pemerintah menghadapi tantangan besar dengan 8,68 juta keluarga berisiko stunting, termasuk 1,48 juta keluarga miskin yang tidak bisa sepenuhnya mengandalkan dana APBN.
Sementara itu, di Maluku, angka prevalensi stunting masih menunjukkan stagnasi. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, angka stunting di provinsi tersebut tetap berada di 28,4 persen—tidak mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku, dr. Mauliwaty Bulo, mengaku prihatin atas kondisi ini, meski Kota Ambon menunjukkan tren penurunan. Sebaliknya, lima kabupaten mengalami peningkatan, yakni Buru Selatan, Seram Bagian Timur, Kepulauan Tanimbar, Seram Bagian Barat, dan Buru.
Mauliwaty menjelaskan, faktor penyebab utama stunting di Maluku adalah kekurangan gizi kronis serta infeksi berulang akibat buruknya sanitasi. “Kita tidak bisa pungkiri, ada daerah tertentu yang masyarakatnya belum punya jamban sendiri, buang air besar sembarangan di kebun,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa perubahan perilaku hidup bersih dan peningkatan infrastruktur dasar harus berjalan seiring dengan intervensi gizi agar upaya penurunan stunting dapat berhasil secara berkelanjutan.