Jayapura, Malanesianews, – Kondisi kesehatan masyarakat di Provinsi Papua, terus menghadapi tantangan akut yang memerlukan intervensi cepat dan inovatif. Kesenjangan akses layanan menjadi isu sentral, di mana sulitnya medan geografis menghambat mobilisasi tenaga kesehatan dan penyediaan obat-obatan. Sebagai respons, di wilayah terpencil, fasilitas kesehatan kini mulai memanfaatkan teknologi satelit Starlink untuk komunikasi dan pelaporan data. Selain itu, pembangunan landasan helikopter (helipad) menjadi strategi vital untuk memastikan kasus darurat dan logistik penting dapat dijangkau. Upaya ini mendesak dilakukan mengingat Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi Papua masih stagnan di sekitar 66,7 tahun untuk laki-laki dan 70,7 tahun untuk perempuan, jauh di bawah rata-rata nasional.
Masalah stunting atau kurang gizi kronis pada anak tetap menjadi isu kesehatan paling kritis di Provinsi Papua. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi stunting di wilayah ini mencapai angka yang sangat tinggi, yaitu 28,6%. Angka ini jauh melampaui target nasional yang ditetapkan sebesar 14% pada tahun 2024. Penanganan stunting memerlukan pendekatan multidimensi, termasuk perbaikan infrastruktur dasar seperti peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi layak yang cakupannya masih rendah. Selain itu, rendahnya cakupan imunisasi dasar pada anak juga menjadi lampu merah, dengan capaian di beberapa area yang berada di bawah 50%, menandakan adanya celah serius dalam perlindungan anak usia dini.
Secara klinis, tantangan diperparah oleh prevalensi tinggi penyakit menular yang terkait erat dengan sanitasi buruk dan lingkungan. Provinsi Papua masih menjadi episentrum nasional Malaria, menyumbang hampir 90% dari total kasus di Indonesia. Di samping itu, kasus Tuberkulosis (TBC) juga menunjukkan angka yang tinggi. Penemuan kasus TBC secara aktif dan pengobatan tuntas menjadi pekerjaan rumah yang berat karena keterbatasan akses diagnostik dan pengawasan pasien di daerah terpencil. Kondisi ini diperparah oleh kendala logistik, di mana banyak alat diagnostik di fasilitas kesehatan primer (Puskesmas) dilaporkan tidak berfungsi atau kurang memadai, menghambat deteksi dini dan penanganan yang cepat.
Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan kesehatan di Provinsi Papua akan sangat bergantung pada solusi yang berorientasi pada masyarakat dan inovasi teknologi. Penguatan layanan kesehatan primer—yakni Puskesmas—sebagai benteng terdepan sangat krusial. Pemanfaatan teknologi seperti Starlink dan helipad memberikan harapan baru untuk mengatasi masalah geografis. Namun, langkah ini harus diimbangi dengan alokasi anggaran yang efektif dan penguatan SDM lokal, demi mencapai target penurunan stunting dan peningkatan kualitas hidup yang berkelanjutan di tahun-tahun mendatang, sehingga disparitas kesehatan dengan wilayah Indonesia lainnya dapat berkurang secara signifikan.




