Jayapura, Malanesianews, – Bulan Desember tiba, membawa serta semarak lampu berkelap-kelip, aroma gingerbread yang hangat, dan tentunya, semangat Natal yang meresap. Di jantung perayaan ini, tersemat kisah abadi tentang Sinterklas (Santa Claus), sosok legendaris yang menjadi simbol kemurahan hati dan kegembiraan di seluruh dunia. Lebih dari sekadar tokoh dongeng, Sinterklas mewakili harapan, keajaiban, dan pengingat bahwa kebaikan hati adalah hadiah terbesar yang bisa kita berikan, menjadikan kedatangannya penanda dimulainya musim yang paling ceria.
Namun, akar kisah Sinterklas jauh lebih dalam, terinspirasi dari Santo Nikolas, seorang uskup Kristen yang hidup pada abad ke-4 di Myra (kini Turki). Dikenal karena tindakannya yang penuh belas kasih, kedermawanannya, dan praktik memberi hadiah secara diam-diam kepada orang miskin—terutama kepada anak-anak—Santo Nikolas meletakkan fondasi bagi karakter periang yang kita kenal sekarang. Tradisi ini kemudian menyebar ke Eropa dan, seiring waktu, berevolusi dan berpadu dengan cerita rakyat setempat, membentuk citra Sinterklas modern yang ikonik dengan jubah merah dan kereta luncurnya.
Citra Sinterklas yang paling kita kenal saat ini—seorang pria bertubuh besar, berjenggot putih tebal, mengenakan setelan merah beludru yang dihiasi bulu, dan tertawa riang dengan sapaan “Ho ho ho!”—telah diabadikan dalam budaya populer. Ia digambarkan tinggal jauh di Kutub Utara, didampingi oleh Nyonya Claus dan dibantu oleh para peri sibuk yang membuat mainan di bengkel ajaib. Pada malam Natal, ia menaiki kereta luncur yang ditarik oleh rusa terbang, termasuk Rudolph si Hidung Merah, untuk mengantarkan hadiah kepada anak-anak baik di seluruh dunia melalui cerobong asap mereka.
Kisah Sinterklas adalah narasi indah yang mengajak kita untuk merayakan tradisi memberi, memelihara keajaiban dalam hati, dan menyebarkan kasih sayang tanpa mengharapkan balasan. Saat kita memasuki bulan suci ini, semangat Sinterklas menjadi inspirasi untuk melakukan tindakan kebaikan, berbagi tawa, dan menyatukan keluarga dan komunitas. Mari kita sambut Natal dengan hati yang terbuka, membiarkan kehangatan dan kedermawanan Sinterklas mengisi setiap rumah dengan damai dan sukacita.







