Jayapura, Malanesianews, – Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025, kita kembali mengenang jasa-jasa para pejuang yang mengukuhkan kemerdekaan dan persatuan Indonesia. Wilayah paling timur Indonesia, Papua, tidak hanya dikenal kaya akan budaya dan keindahan alam, tetapi juga menyimpan sejarah panjang perjuangan. Dalam catatan emas sejarah nasional, rakyat Papua turut melahirkan tokoh-tokoh hebat yang berjuang membela kedaulatan tanah air. Salah satu pahlawan krusial dari bumi Cenderawasih adalah Frans Kaisiepo, sosok asal Biak yang memainkan peran sentral dalam memastikan keikutsertaan Papua menjadi bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Lahir pada 10 Oktober 1921, Frans Kaisiepo muda telah menunjukkan kecintaan mendalam terhadap Indonesia, menggunakan pendidikan dan wawasan luasnya untuk peka terhadap gelombang isu kemerdekaan yang bergulir saat itu.
Kontribusi terpenting Frans Kaisiepo terlihat jelas dalam perjuangan politiknya di tingkat nasional. Momen puncaknya adalah ketika ia menjadi delegasi dari Papua dalam Konferensi Malino pada tahun 1946. Di tengah upaya Belanda untuk melemahkan Republik Indonesia dengan membentuk negara-negara boneka, Frans Kaisiepo dengan tegas menentang rencana tersebut. Ia lantang menyuarakan bahwa Papua harus bergabung dengan Indonesia, dan bukan berdiri sendiri di bawah pengaruh kolonial. Sikap berani dan tegasnya ini menjadikannya simbol perjuangan rakyat Papua untuk bersatu dengan NKRI. Semangat keberanian ini selaras dengan makna Hari Pahlawan, di mana para pendahulu bangsa berjuang tanpa gentar demi satu cita-cita: Indonesia merdeka dan bersatu.
Perjuangannya tidak berhenti setelah konferensi; ia terus menyebarkan api nasionalisme di seluruh lapisan masyarakat Papua. Frans Kaisiepo secara sembunyi-sembunyi memperkenalkan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan mengibarkan bendera Merah Putih, tindakan berisiko tinggi di bawah pengawasan penjajah Belanda. Atas dedikasi tak tergoyahkan ini, ia kemudian diangkat sebagai Gubernur Irian Barat (Papua) pada periode 1964–1973 setelah Papua resmi menjadi bagian dari Indonesia. Selama masa jabatannya, ia fokus pada pembangunan wilayah, peningkatan pendidikan, dan penguatan persatuan bangsa di wilayah timur.
Sebagai bentuk pengakuan atas jasa-jasanya yang besar terhadap bangsa dan negara, Pemerintah Indonesia menetapkan Frans Kaisiepo sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 1993. Untuk mengabadikan dan menghormati dedikasi luar biasanya, wajahnya kini diabadikan pada uang kertas Rupiah pecahan Rp10.000 yang beredar sejak 2016. Selain itu, Bandara Frans Kaisiepo di Biak juga dinamai sebagai penghormatan. Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025 menjadi momentum tepat untuk merenungkan jasa Frans Kaisiepo; kita belajar bahwa semangat pahlawan—seperti yang ditunjukkannya—adalah fondasi persatuan yang harus terus dijaga oleh generasi muda demi masa depan Indonesia yang kokoh dari Sabang hingga Merauke.
Tentu, berikut adalah naskah berita yang telah diedit, memasukkan konteks Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025.
🌟 Pahlawan dari Biak: Frans Kaisiepo, Tokoh Krusial Penyatuan Papua dalam NKRI
Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025, kita kembali mengenang jasa-jasa para pejuang yang mengukuhkan kemerdekaan dan persatuan Indonesia. Wilayah paling timur Indonesia, Papua, tidak hanya dikenal kaya akan budaya dan keindahan alam, tetapi juga menyimpan sejarah panjang perjuangan. Dalam catatan emas sejarah nasional, rakyat Papua turut melahirkan tokoh-tokoh hebat yang berjuang membela kedaulatan tanah air. Salah satu pahlawan krusial dari bumi Cenderawasih adalah Frans Kaisiepo, sosok asal Biak yang memainkan peran sentral dalam memastikan keikutsertaan Papua menjadi bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lahir pada 10 Oktober 1921, Frans Kaisiepo muda telah menunjukkan kecintaan mendalam terhadap Indonesia, menggunakan pendidikan dan wawasan luasnya untuk peka terhadap gelombang isu kemerdekaan yang bergulir saat itu.
Kontribusi terpenting Frans Kaisiepo terlihat jelas dalam perjuangan politiknya di tingkat nasional. Momen puncaknya adalah ketika ia menjadi delegasi dari Papua dalam Konferensi Malino pada tahun 1946. Di tengah upaya Belanda untuk melemahkan Republik Indonesia dengan membentuk negara-negara boneka, Frans Kaisiepo dengan tegas menentang rencana tersebut. Ia lantang menyuarakan bahwa Papua harus bergabung dengan Indonesia, dan bukan berdiri sendiri di bawah pengaruh kolonial. Sikap berani dan tegasnya ini menjadikannya simbol perjuangan rakyat Papua untuk bersatu dengan NKRI. Semangat keberanian ini selaras dengan makna Hari Pahlawan, di mana para pendahulu bangsa berjuang tanpa gentar demi satu cita-cita: Indonesia merdeka dan bersatu.
Perjuangannya tidak berhenti setelah konferensi; ia terus menyebarkan api nasionalisme di seluruh lapisan masyarakat Papua. Frans Kaisiepo secara sembunyi-sembunyi memperkenalkan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan mengibarkan bendera Merah Putih, tindakan berisiko tinggi di bawah pengawasan penjajah Belanda. Atas dedikasi tak tergoyahkan ini, ia kemudian diangkat sebagai Gubernur Irian Barat (Papua) pada periode 1964–1973 setelah Papua resmi menjadi bagian dari Indonesia. Selama masa jabatannya, ia fokus pada pembangunan wilayah, peningkatan pendidikan, dan penguatan persatuan bangsa di wilayah timur.
Sebagai bentuk pengakuan atas jasa-jasanya yang besar terhadap bangsa dan negara, Pemerintah Indonesia menetapkan Frans Kaisiepo sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 1993. Untuk mengabadikan dan menghormati dedikasi luar biasanya, wajahnya kini diabadikan pada uang kertas Rupiah pecahan Rp10.000 yang beredar sejak 2016. Selain itu, Bandara Frans Kaisiepo di Biak juga dinamai sebagai penghormatan. Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025 menjadi momentum tepat untuk merenungkan jasa Frans Kaisiepo; kita belajar bahwa semangat pahlawan—seperti yang ditunjukkannya—adalah fondasi persatuan yang harus terus dijaga oleh generasi muda demi masa depan Indonesia yang kokoh dari Sabang hingga Merauke.







