Laut untuk Masa Depan: Indonesia Dorong Ekonomi Biru Berkelanjutan

0
758

Jakarta, Malanesianews, – Pemerintah Indonesia terus memperkuat implementasi ekonomi biru berkelanjutan sebagai pilar strategis pembangunan nasional. Dengan potensi nilai tambah mencapai US$30 triliun atau setara Rp480 kuadriliun pada 2030, sektor ini digadang-gadang menjadi masa depan perekonomian Indonesia yang ramah lingkungan, inklusif, dan tahan krisis.

Berdasarkan data resmi, kontribusi ekonomi biru terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai sekitar 7,9 persen pada tahun 2022, dengan target peningkatan menjadi 15 persen pada 2045. Potensi besar ini mencakup sektor perikanan, pelabuhan, pariwisata bahari, hingga energi laut.


Konservasi Laut dan Penangkapan Ikan Terukur

Upaya utama pemerintah adalah memperluas kawasan konservasi laut dari 6,5 juta hektare saat ini menjadi 10 juta hektare pada 2030, dan mencapai 30 juta hektare atau 30 persen dari wilayah laut nasional pada 2045. Program Penangkapan Ikan Terukur (PIT) juga mulai diterapkan tahun ini untuk mengurangi eksploitasi berlebih dan memperbaiki tata kelola perikanan tangkap nasional.


Teknologi dan Akuakultur Berkelanjutan

Indonesia mulai mengadopsi teknologi tinggi dalam sektor perikanan dan budidaya laut. Salah satu contoh adalah proyek budidaya udang vaname di pesisir selatan Jawa, yang mampu menghasilkan hingga 40 ton per hektare per tahun, dan ditargetkan meningkat menjadi 80 ton dengan penerapan praktik terbaik.

Selain itu, sistem blockchain untuk traceability hasil laut dikembangkan guna memastikan keaslian, keberlanjutan, dan keamanan rantai pasok produk perikanan Indonesia.


Pembiayaan Inovatif: Blue Bond dan Investasi Hijau

Saat ini, hanya sekitar 1 persen pembiayaan global dialokasikan untuk ekonomi biru. Menanggapi hal ini, Indonesia mulai menerbitkan blue bond untuk mendanai program restorasi terumbu karang dan pengawasan laut berbasis teknologi.

Laporan internasional mencatat bahwa penerbitan blue bond global telah mencapai US$2,5 miliar pada tahun 2024, sementara potensi pasar ekonomi biru global diperkirakan bisa menyentuh US$15 triliun pada 2030.


Ancaman dan Tantangan

Ancaman terhadap ekosistem laut Indonesia masih tinggi. Aktivitas pertambangan, terutama di kawasan timur Indonesia, menimbulkan risiko sedimentasi yang merusak terumbu karang. Di sisi lain, perubahan iklim diproyeksikan dapat menurunkan hasil tangkapan ikan hingga 20 persen pada 2050 jika suhu bumi meningkat lebih dari 1,5°C.


Menuju Ekonomi Biru Inklusif

Pemerintah juga menekankan pentingnya keterlibatan komunitas pesisir, nelayan kecil, dan pelaku UMKM dalam pembangunan ekonomi biru. Sejumlah inisiatif strategis seperti pendirian pusat kelautan nasional dan program debt-for-nature swaps menjadi bagian dari upaya menciptakan ekosistem pendanaan yang berkelanjutan dan inklusif.

Ekonomi biru dinilai sebagai jalan tengah antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan laut, sekaligus solusi atas tantangan perubahan iklim serta kesejahteraan masyarakat pesisir Indonesia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini