Bukti Komitmen di Tanah Papua: 49 SPKK Jadi Ajang Penerapan Pendidikan Karakter Berbasis Cinta

0
45

Jayapura, Malanesianews, – Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menyerukan kepada para guru agama di Papua untuk mengedepankan semangat cinta dalam setiap proses pendidikan. Seruan ini bertujuan membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya akan empati, kepedulian, dan akhlak mulia. Pentingnya penekanan pada nilai kasih ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kemenag RI, Jeane Marie Tulung, dalam pembinaan guru Satuan Pendidikan Keagamaan Kristen (SPKK) dan guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Kabupaten Jayapura pada Jumat (31/10) lalu. Jeane Marie Tulung menegaskan bahwa pendidikan sejati harus melampaui capaian akademik semata dan menjadi fondasi karakter yang kuat.

Di Papua, nilai kasih dan kebersamaan telah lama menjadi fondasi sosial yang kuat, sehingga Kemenag melihat potensi besar untuk mengintegrasikan nilai-nilai luhur ini ke dalam sistem pendidikan formal melalui “kurikulum berbasis cinta”. Pendidikan dengan pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih humanis dan inklusif. Menurut Kemenag, ini berarti setiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler harus menyisipkan pesan-pesan moral dan etika, sehingga peserta didik tumbuh dengan karakter yang utuh dan seimbang. Dengan menanamkan semangat cinta, para guru agama Papua dapat membimbing siswa untuk memahami arti kasih sayang, kepedulian terhadap sesama dan lingkungan, serta ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kemenag juga menyampaikan apresiasi mendalam atas dedikasi para guru agama Papua yang tetap setia mengabdi di tengah berbagai keterbatasan. Komitmen para guru ini sangat vital dalam menjaga keberlangsungan pendidikan keagamaan di wilayah tersebut. Saat ini, tercatat ada 49 Satuan Pendidikan Keagamaan Kristen (SPKK) di Papua, mencakup jenjang SD hingga SMAK, yang menunjukkan skala upaya pendidikan keagamaan di sana. Sebagai bentuk dukungan nyata pemerintah, tahun lalu salah satu SMTK di Papua berhasil dinegerikan. Selain itu, pemerintah juga menargetkan penyelesaian antrean Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi 26 ribu guru secara nasional pada periode 2025–2026.

Terakhir, di era digital, Kemenag berpesan agar para guru agama Papua memanfaatkan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab. Penggunaan teknologi harus dipandang sebagai alat untuk memperkaya metode belajar, bukan sebagai pengganti nilai-nilai kemanusiaan. Guru diharapkan mampu membimbing siswa untuk kritis terhadap informasi, khususnya dalam menghadapi tantangan seperti penyalahgunaan video berbasis kecerdasan buatan (AI). Jeane Marie Tulung menekankan bahwa teknologi tidak boleh menggantikan esensi dari nilai kasih dan interaksi personal, melainkan harus mendukung pembentukan karakter yang berlandaskan cinta dan etika digital yang kuat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini