Tual, Malanesianews, – Gelombang kecelakaan laut di perairan timur Indonesia, terutama Maluku, terus memakan korban. Dalam enam bulan terakhir, deretan insiden tragis menimpa mulai dari kapal nelayan hingga rombongan mahasiswa, memicu keprihatinan dan sorotan pada lemahnya keselamatan pelayaran rakyat.
Insiden terbaru terjadi pada awal Juli 2025. Sebuah perahu motor yang ditumpangi mahasiswa KKN UGM dan warga lokal terbalik di perairan Maluku Tenggara akibat ombak setinggi 2,5 meter. Dari 12 penumpang, dua mahasiswa tewas, tiga orang kritis, sementara sisanya berhasil diselamatkan warga sekitar.
Sebelumnya, speedboat Dua Nona tenggelam di perairan Seram Bagian Barat pada Januari lalu, menewaskan delapan orang. Sementara di Buru Selatan, satu keluarga nelayan nyaris kehilangan nyawa setelah perahu ketinting mereka karam karena muatan berlebih, termasuk sepeda motor yang diangkut di dek kecil.
Pola penyebabnya nyaris serupa: cuaca ekstrem yang sering diabaikan, kapal tradisional yang tak memenuhi standar keamanan, muatan berlebih, hingga perlengkapan keselamatan yang minim atau tak digunakan sama sekali.
Basarnas Maluku mencatat, perairan Maluku dan Maluku Utara masuk jalur laut dengan risiko tinggi karena arus pusar, angin kencang, dan akses transportasi laut tradisional yang masih mendominasi jalur antar pulau.
“Hampir setiap insiden ini sebetulnya bisa dicegah kalau standar keamanan ditaati dan ada disiplin menunda pelayaran di cuaca buruk,” ujar Kepala Basarnas Ambon, M. Arif Setiawan.
Pemerintah daerah bersama TNI AL, Polairud, dan relawan setempat pun kini memperkuat patroli dan edukasi keselamatan pelayaran. Kementerian Perhubungan juga mengingatkan agar seluruh operator kapal rakyat segera melakukan peremajaan armada dan melengkapi jalur penyeberangan dengan sistem peringatan cuaca real-time.
Maraknya insiden ini diharapkan menjadi pengingat penting: laut adalah jalur kehidupan masyarakat timur Indonesia, tetapi keselamatan tetap harus menjadi prioritas. “Kami tidak ingin tragedi demi tragedi terus berulang hanya karena abai pada SOP keselamatan,” tegas Arif.